JADIKAN SETIAP HARI SEBAGAI HARI RAYA ANAK YATIM

Tanggal 10 Muharram dikenal sebagai hari raya anak yatim. Di tanggal tersebut umat Islam memiliki tradisi, berupa menyantuni anak-anak yatim dan mengusap kepala mereka. Tentu hal ini merupakan tradisi yang baik, dan perlu kita jaga kelestariannya.
Lalu bagaimana sebaiknya kita menyikapi tradisi hari raya anak yatim tersebut? Dan bagaimana pula cara menyantuni anak yatim yang utama sesuai syariat? Untuk mengetahui hal tersebut, Majalah PEDULI telah berbincang dengan Ustadz. Farid Septian, Kepala Divisi Pendidikan dan Dakwah BAZNAS RI. Berikut transkrip selengkapnya;
Apa kewajiban kita sebagai umat mukmin, terhadap anak-anak yatim dan dhuafa?
Kewajiban kita terhadap anak-anak yatim khususnya yang dhuafa, adalah memuliakan mereka sebagaimana penjelasan ayat-ayat al-Quran dan hadis Rasulullah SAW. Memuliakan di sini bermakna luas, yang berarti kita dapat mengerahkan kemampuan terbaik kita untuk membantu mereka anak-anak yatim dalam menjalani kehidupan.
Menyantuni dan memuliakan anak yatim, merupakan ibadah yang sangat besar pahalanya. Bahkan alam surat al-Fajr secara khusus Allah SWT menjadikan amal memuliakan anak yatim sebagai indikator kesuksesan seorang hamba Allah.
Bagaimana sebaiknya kita menyambut hari kasih anak yatim, setiap tanggal 10 Muharram?
Hari kasih anak yatim atau juga di sebagian daerah disebut lebaran anak yatim, menurut saya adalah sebuah tradisi yang sangat baik dan perlu dilestarikan. Namun di samping itu kita perlu dakwahkan pula, bahwa sepatutnya kita jadikan setiap hari sebagai hari raya anak yatim. Jangan membatasi perhatian kita pada anak yatim, dengan fokus pada hari tanggal 10 Muharram saja.
Kita jadikan momen hari raya anak yatim ini sebagai pengingat bahwa kita juga mempunyai tanggung jawab secara agama dan sosial untuk memperhatikan para yatama. Lebih dari itu kita dapat kembangkan momen ini, agar dapat bermanfaat kepada yatim dhuafa sepanjang tahun.
Kita, dalam hal ini Lembaga Amil Zakat, perlu fokus kepada mereka, dengan mengupayakan pemenuhan kebutuhan hidup serta pendidikan mereka sebaik mungkin. Tentu hal ini dapat terwujud dengan dukungan kaum muslimin sekalian kepada lembaga pemberdayaan masyarakat seperti Lembaga Amil Zakat.
Bagaimana cara menyantuni anak yatim yang paling utama, sebagaimana anjuran syariat Islam?
Sering kali dalam pembahasan menyantuni anak yatim, kita terpaku pada pemberian secara materi. Padahal mengasihi dan menyantuni anak-anak yatim, tidak melulu soal memberi uang atau barang.
Hal pertama yang dapat kita lakukan, adalah mendoakan kebaikan mereka. Kedua, kita berikan mereka contoh yang baik, dalam perilaku sehari-hari. Ini tidak kalah penting karena anak yatim juga pasti butuh sosok panutan.
Hal ketiga yang dapat kita lakukan, adalah memastikan mereka selamat dari keburukan lidah dan tangan kita. Ini juga termasuk bagian dari mengasihi anak yatim, dengan tanpa unsur memberi harta atau materi. Barulah setelah itu, kita berikan sedekah kepada mereka.
Pesan ustadz kepada umat Muslim berkenaan dengan hari kasih anak yatim?
Mari kita sosialisasikan momen cinta anak yatim ini, sebagai gerakan yang massif di masyarakat. Bahkan kalau bisa kita jadikan sebagai hari yang monumental, sebagai hari nasional misalnya. Dengan demikian diharapkan semangat umat Muslim akan bangkit, dan tergugah untuk senantiasa memuliakan anak-anak yatim.






