TERNYATA NABI MUHAMMAD ﷺ KAYA RAYA
Dalam buku yang berjudul Amwalun Nabi karya Dr. Abdul Fattah As-Samman, disebutkan bahwa jumlah kekayaan Nabi Muhammad ﷺ mencapai 1217 kg emas.
Buku setebal 560 halaman ini diangkat dari sebuah disertasi yang menyingkap sebuah ilmu yang disebut al-iqtishad an-nabawi (ekonomi Nabi).
Kajian ini diakhiri dengan studi mengenai nilai kekayaan Nabi ﷺ dari hasil usaha beliau yang totalnya mencapai 1217 kg emas. Sedangkan infaq beliau nilainya lebih dari 1251 kg emas.
Beliau juga mewakafkan lima belas lahan tanah yang nilai masing-masing lebih dari 25 kg emas. Seluruh angka tersebut disimpulkan berdasarkan berbagai nash (teks), dalil dan bukti yang otentik. Didasarkan pada kitab-kitab “kuning” yang tersimpan di rak-rak perpustakaan para ulama dalam kurun waktu yang Panjang, hingga terungkap bahwa Rasulullah ﷺ adalah seorang yang kaya raya dan banyak infaqnya. Bukannya seorang yang miskin papa yang hidup zuhud di dunia.
Penghasilan Rasulullah ﷺ melalui jalur bisnis, warisan beliau dari kedua orang tua, dari Khadijah, dari berbagai hasil rampasan perang, berbagai hadiah dari raja-raja maupun dari para sahabat dan lainnya.
Penulis juga menjelaskan kaidah Rasulullah ﷺ dalam berinfaq, untuk diri sendiri, untuk para istri dan keluarga beliau serta orang- orang yang menjadi tanggungan beliau di rumah beliau, para mantan budak, para pembantu, para sahabat, para tamu, serta untuk para muallaf. Termasuk juga hadiah yang beliau berikan ke banyak orang, tak terkecuali kepada orang-orang musyrik.
Sumber kekayaan Rasulullah ﷺ juga berupa tanah di berbagai tempat. Yaitu tanah Sab’ah yang dihadiahkan oleh Mukhairiq kepada Nabi ﷺ, tanah beliau yang berasal dari Bani Nadhir, benteng Khaibar serta separoh dari tanah Fadak dan sepertiga dari Wadil Qura.
Juga ada barang-barang milik pribadi beliau, seperti: sekian buah pedang, baju besi, busur, anak panah, tameng, pelindung kepala dan lain sebagainya.
Penulis menyampaikan sekian banyak bukti dari qaul para ulama umat ini, yang menegaskan jumlah kekayaan Rasulullah ﷺ. Seperti Imam Taqiyuddin As-Subki dan putera beliau, Imam Al-Hafizh Tajuddin As-Subki, Imam An-Nasafi, Imam Al-Hulaimi, Imam Abul Hasan Al-Batthal, Imam Baihaqi, Al-Hafizh Abu Hatim bin Hibban penyusun kitab Ash-Shahih, Abu Sa’d Al-Busthami, Syekh Muhammad Al-Ghazali, serta Prof. Dr. Muhammad Az-Zuhaili, yang sekaligus memberikan kata pengantar yang cukup panjang atas buku ini.
Kajian ini mampu memberikan materi tambahan nilai berkenaan dengan persoalan-persoalan mendasar, seperti masalah aqidah, sirah nabawiyah, hadits, maupun pemikiran dakwah yang kesemuanya disandarkan kepada dalil-dalil yang shahih dan sirah yang otentik.
~ Sumber: Fachmycasofa.Com, diterjemah dari artikel berbahasa Arab Oleh Ustadz Salafuddin As


