BERSIFAT QANAAH, JALAN MERAIH MAQAM WARA’

Mei 17, 2025 - 08:10
Mei 13, 2025 - 13:16
 0  52
BERSIFAT QANAAH, JALAN MERAIH MAQAM WARA’

ومن أراد التورع والتحرى وإيثار الحلال، فينبغي له أن يتصف بالقناعة من الدنيا وأن يرغب في التقلل منها وأن يجانب  الإسراف والميل إلى شهواتها. فقد قال السلف الصالح الحلال لا يحتمل السرف.

   Al-Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad berkata, “Siapa yang menghendaki menjadi wara’ (tidak mencintai dunia) dan memilih yang halal, maka sebaiknya ia memilih sifat qanaah (menerima yang sedikit) dari dunia, serta menjauhi gaya hidup berlebihan. Ulama Salaf Saleh berkata: Halal itu tidaklah berfoya-foya.”                                                    

***

Al-Imam al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad menegaskan bahwa orang-orang yang bergaya hidup mewah, maka akan terjebak dalam perolehan harta yang syubhat, bahkan yang haram.

Mengenai difinisi Qanaah para ulama berbeda dalam mengungkapkannya. 

Diriwayatkan oleh sahabat Jabir bin Abdillah, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Qanaah adalah gudang kekayaan yang tidak pernah habis.” 

Sahabat Abu Hurairah berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Jadilah kamu orang yang wara, niscaya kamu menjadi hamba Allah yang paling taat. Jadilah kamu orang yang qanaah, niscaya kamu menjadi orang yang paling bersyukur. berbuatlah kepada orang lain apa saja yang juga menyenangkan dirimu’, niscaya kamu menjadi seorang mukmin yang sempurna. Berbuatlah yang baik kepada tetanggamu niscaya kamu menjadi seorang muslim yang baik. Sedikitkan tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati.” 

Jadi Qanaah tidak hanya milik orang miskin. Qanaah juga bisa dimiliki orang kaya. Qanaah tempatnya di hati yang tercermin dalam amal. 

Dengan qanaah, orang miskin akan menjadi mulia dan bermartabat, sedangkan orang kaya yang qanaah akan tenang jiwanya dan tidak terpedaya oleh dunia.

Sehingga dikatakan oleh Bisyr al-Hafi, "Sikap qana’ah adalah kemampuan atas harta yang tidak dimiliki kecuali oleh  hati orang beriman."

Sebaliknya, orang-orang yang pandangannya tertuju pada harta orang lain, maka akan merasakan penderitaan dan kesedihan yang berkepanjangan. 

Dengan demikian sifat qanaah ini merupakan jalan menuju wara’, Dimana wara’ merupakan tiang penegak agama, atau mutiara berharga dalam agama.

Jadi sikap wara’ ini adalah keharusan dalam beragama. Oleh karena itu, bagi orang-orang mukmin yang tidak bisa bersikap wara’, maka hendaknya selalu merasa bersalah dan beristighfar. Karena dizaman akhir ini, sungguh begitu sulit menghindari dari harta yang syubhat. Maka yang harus senantiasa ditanamkan adalah merasa bersalah dan melazimi istighfar. Kata ulama Salaf ketika diolok megenai apa yang mereka makan: Sungguh berbeda hisabnya orang yang makan harta syubhat dengan menangis sedih, dengan orang yang makan syubhat dengan tertawa bahagia.     

~ Sumber: Pengajian Kitab An-Nashâih ad-Dîniyyah wal-Washâyâ al-Imâniyyah karya al-Imam al-Arif Billah Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Haddad al-Hadrami asy-Syafii

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Zainuddin Muslih, S.Pd verified-symbol "Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis." ― Abu Hamid Al-Ghazali