KEPEDULIAN TERHADAP FAKIR MISKIN, JEJAK SUNNAH YANG HARUS DIIKUTI UMAT

Agu 23, 2025 - 12:38
 0  66
KEPEDULIAN TERHADAP FAKIR MISKIN, JEJAK SUNNAH YANG HARUS DIIKUTI UMAT
KH. Abdul Muiz Ali, Pengasuh Ponpes Miftahul Ulum Jakarta Timur

Rasulullah ﷺ dikenal sebagai sosok yang paling peduli terhadap kaum fakir miskin. Kepedulian beliau bukan sekadar ucapan, tetapi hadir nyata dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari gaya hidup sederhana hingga kebijakan sosial seperti zakat dan distribusi harta.

Lantas, bagaimana umat Islam masa kini bisa meneladani kepedulian beliau di tengah tantangan modern seperti individualisme dan kesenjangan sosial? Sejauh mana peran Lembaga Amil Zakat telah mencerminkan semangat kenabian tersebut? Dan apa yang bisa dilakukan masyarakat agar lebih aktif membantu fakir miskin?

Untuk menjawab hal-hal tersebut, Majalah PEDULI mewawancarai KH. Abdul Muiz Ali, Pengasuh Ponpes Miftahul Ulum Jakarta Timur dan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat. Berikut petikan wawancara selengkapnya:

Bagaimana bentuk kepedulian Nabi Muhammad ﷺ terhadap fakir miskin dalam kehidupan sehari-hari?

Rasulullah Muhammad ﷺ adalah puncak teladan dalam kemuliaan akhlak. Salah satu manifestasi dari akhlaknya yang agung adalah kepedulian beliau terhadap kaum fakir dan miskin. Kepedulian ini bukan sekadar nasihat moral, melainkan realitas yang hidup dalam keseharian beliau: baik dalam ucapan, perbuatan, maupun kebijakan sosial.

Beliau memilih hidup sederhana agar bisa merasa dekat dengan kaum dhu‘afa, bahkan pernah berdoa agar wafat dan dibangkitkan bersama orang miskin (HR. Ibn Mājah). Ini menunjukkan kerendahan hati dan kasih sayangnya yang dalam.

Pembelaan Nabi ﷺ terhadap fakir miskin juga tercermin dalam kebijakan struktural seperti zakat dan distribusi harta. Ini bukan sekadar amal pribadi, tapi sistem sosial yang adil dan menyeluruh.

Kesimpulannya, bentuk kepedulian Nabi ﷺ meliputi: Kehadiran langsung bersama fakir miskin, Kebijakan adil seperti zakat dan infaq, Empati spiritual yang mendalam, serta Pendidikan moral tentang pentingnya memuliakan kaum lemah.

Bagaimana umat Islam masa kini bisa meneladani sikap Nabi Muhammad ﷺ dalam membantu fakir miskin, terutama di tengah tantangan zaman modern seperti individualisme dan kesenjangan sosial?

Meneladani sikap Nabi Muhammad ﷺ dalam membantu fakir miskin adalah salah satu bentuk ibadah sosial paling luhur dalam Islam. Namun, dalam era modern yang ditandai oleh individualisme, kapitalisme, dan keterputusan sosial, teladan agung Nabi ini sering kali terpinggirkan. Maka tugas utama umat Islam masa kini bukan hanya mengetahui apa yang dilakukan Nabi, tetapi juga mentransformasikan akhlak beliau menjadi prinsip etika dan aksi nyata dalam kehidupan sosial kontemporer.

Para ulama seperti Imam al-Ghazālī dan Imam Fakhruddīn al-Rāzī menekankan bahwa Islam mengajarkan ta‘āwun (saling tolong) dan takāful (jaminan sosial). Maka, umat Islam hari ini perlu mengembangkan kepedulian yang sistematis dan kontekstual.

Beberapa cara meneladani Nabi ﷺ dalam konteks sekarang antara lain: Menjadikan bantuan sosial sebagai bagian dari ibadah. Memanfaatkan teknologi untuk pemberdayaan fakir miskin secara transparan. Membentuk komunitas filantropi lokal yang aktif dan responsif. Mendorong regulasi keuangan yang pro-uang kecil dan pro-rakyat kecil.

Bagaimana peran Lembaga Amil Zakat dalam menyalurkan bantuan kepada fakir miskin, dan sejauh mana lembaga tersebut sudah meneladani prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ?

Lembaga Amil Zakat (LAZ) merupakan representasi kelembagaan dari sistem distribusi kekayaan yang diperintahkan oleh syariat Islam. Dalam konteks historis, fungsi lembaga ini menghidupkan kembali sunnah Rasulullah ﷺ dalam mengelola, mendistribusikan, dan memberdayakan zakat secara kolektif. Untuk menilai sejauh mana LAZ saat ini telah meneladani Nabi, kita perlu mengkaji bagaimana Nabi ﷺ mengelola zakat dan kepeduliannya terhadap fakir miskin, lalu membandingkannya dengan praktik lembaga zakat kontemporer.

Kesimpulannya, peran LAZ saat ini berada pada posisi strategis dan spiritual. Ketika ia dijalankan dengan prinsip amanah, adil, profesional, dan transparan, maka ia bukan sekadar lembaga sosial, melainkan lembaga perpanjangan tangan kenabian dalam membela fakir miskin dan menegakkan keadilan. Namun bila tidak, maka LAZ bisa menjadi pelembagaan formalitas tanpa ruh, dan justru menjadi penghalang terhadap maqāṣid zakat.

Apa pesan Kyai kepada masyarakat agar lebih peduli terhadap fakir miskin dan mau terlibat aktif dalam kegiatan sosial, termasuk melalui lembaga ZIS?

Pesan utama yang perlu disampaikan kepada masyarakat Muslim masa kini adalah bahwa kepedulian terhadap fakir miskin bukan sekadar anjuran moral atau bentuk belas kasihan, tetapi merupakan amanat agama, inti dari keimanan, dan syarat dari kesempurnaan ibadah. Dalam ajaran Islam, keberagamaan tidak diukur hanya dari seberapa banyak ibadah ritual yang dilakukan, tetapi juga dari kepekaan sosial dan partisipasi nyata dalam mengangkat derajat kaum lemah.

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Zainuddin Muslih, S.Pd verified-symbol "Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis." ― Abu Hamid Al-Ghazali