CINTA KARENA ALLAH ADALAH PENGIKAT IMAN
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :من أوثق عُرَى الإيمانِ الحُبُّ في اللهِ والبغضُ في اللهِ
وقال صلى الله عليه وسلم وهل الدين إلا الحُبُّ في اللهِ والبغضُ في اللهِ
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Termasuk paling kuatnya tali iman, adalah cinta karena Allah dan benci kerana Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda: “Tidaklah agama itu kecuali mencintai dan membenci karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
***
Allah Subhanahu wa Ta’ala mewahyukan kepada Nabi lsa ‘alaihis-salam: “Seandainya engkau beribadah kepadaKu selengkapnya ibadat penghuni langit dan penghuni bumi, sedang cinta karena-Ku tidak ada, dan benci karena-Ku pun tidak ada, niscaya tiada berguna semua ibadah itu kepada-Ku.”
Nabi lsa ‘alaihis-salam berkata: “Cintailah Allah Ta’ala dengan membenci orang-orang yang melakukan maksiat, dan dekatkanlah dirimu kepada Tuhan dengan menjauhkan diri dari orang-orang yang berdosa itu, serta pohonlah keridhaan Allah Ta’ala dengan mengutuk mereka itu.”
Berkata aI-Hasan aI-Bishri rahimahullah Ta’ala: Memutuskan perhubungan dengan orang fasiq adalah suatu pendekatan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Telah jelaslah kepada kita, bahwa wajib atas setiap Mukmin mencintai orang-orang yang berbuat baik, orang-orang yang patuh kepada perintah agama, orang-orang yang berilmu, dan orang-orang yang lurus perjalanannya semasa mereka hidup dan sesudah mati. Di samping itu hendaklah ia membenci pula orang-orang yang berbuat kemungkaran, orang-orang yang melanggar perintah agama, orang-orang yang zalim dan fasiq semasa mereka hidup dan sesudah mati.
Demikian juga, wajib atas setiap Mukmin memilih persahabatan dengan orang-orang baik dan orang-orang yang suka berbakti, serta menjauhkan diri dari orang-orang yang jahat dan orang-orang yang suka melanggar perintah dan larangan agama.
Disebutkan dalam sebuah Hadis: “Jangan anda bersahabat kecuali dengan orang Mukmin, dan janganlah anda memberikan makanan kecuali kepada seorang yang bertaqwa.”
Hadis tersebut menegaskan agar kita betul-betul selektif dalam memilih teman, sehingga mendapati teman yang betul-betul layak dijadikan sahabat. Apabila tidak mendapati teman yang sedemikian, maka anjuran agama adalah menyendiri menghindari pertemanan dengan orang-orang yang tidak baik.
Itulah sebenar benarnya cinta dan benci yang didasarkan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
~ Sumber: Pengajian Kitab An-Nashâih ad-Dîniyyah wal-Washâyâ al-Imâniyyah karya al-Imam al-Arif Billah Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Haddad al-Hadrami asy-Syafii
(Jek/Peduli)


