AL-GHAZALI KECIL DARI SURIAH

Jul 21, 2024 - 11:29
 0  15
AL-GHAZALI KECIL DARI SURIAH

Muhammad Sa’id ibn Mulla Ramadhan al-Buthi lahir di sebuah desa kecil di Buthan, Turki, pada tahun 1929 M. Awalnya beliau lahir diberi nama Fudhail karena ketertarikan ayahnya pada Fudhail bin ‘Iyadh. Kemudian ayahnya, Syekh Mulla Ramadhan al-Buthi, membawa bayi Fudhail pada guru kesayangannya, Syekh Sa’id. 

Dengan wajah gembira, Syekh Sa’id memeluk dan mendoakan sang bayi serta memberinya nama Muhammad Sa’id. 

Ketika hijrah ke Suriah, al-Buthi kecil dididik langsung oleh sang ayah. Diajarkan akidah sebagai pondasi iman, kemudian sirah nabi, dan dilanjutkan dengan ilmu sharaf dan nahwu, hingga waktu kecil itu sudah menghafal kitab Alfiyah ibnu Malik. Pada usia enam tahun, Sang ayah membawanya pada seorang wanita mulia yang mengajarkan al-Quran pada anak-anak, sehingga al-Buthi bisa menghafal al-Quran kurang dari enam bulan. 

Ada yang menarik dari didikan ayah beliau. 

Pada suatu hari, saat ayah mengantarnya menuju ma’had, ia berkata pada al-Buthi, “Ketahuilah wahai anakku, jika seandainya aku tahu jalan menuju Allah adalah dengan cara mengutip sampah di jalan, niscaya akan kujadikan engkau tukang sampah. Namun, aku telah meninjau dan melihat bahwa jalan menuju Allah adalah melalui ilmu dan agama, karena itu aku tempatkan engkau di jalan ini.” 

Didikan ini mengantarkan al-Buthi menjadi ulama besar yang piawai dalam memberi contoh yang dekat dengan kehidupan sehari-hari merupakan keunggulan tersendiri dalam karya-karya beliau. Syekh al-Buthi juga aktif mengisi beberapa acara stasiun televisi membahas al-Quran, sirah nabi, fikih dan berbagai disiplin ilmu lainnya. Tak heran jika beliau dijuluki “al-Ghazali Kecil dari Suriah”. 

Pada kamis malam, 21 Maret 2013, seperti biasa beliau mengisi kajian tafsir di Masjid al-Imam Damaskus. ٍٍSetelah 20 menit kajian berjalan, sebuah bom meledak tepat di depan beliau. Dengan simbahan darah di kepala, beliau syahid di kursi tempat beliau mengisi kajian sembari memeluk al-Quran yang berada di depannya. Bom itu juga menewaskan 50 muridnya dan satu cucunya tercintanya, Ahmad. 

Dalam sebuah halakah khusus mengenai sirah Syekh Ramadhan al-Buthi—yang diceritakan oleh cucu beliau sendiri—bahwa seminggu sebelum wafat, beliau memanggil cucunya untuk membagikan hartanya kepada penuntut ilmu yang membutuhkan. Setelah beliau wafat, dikisahkan bahwa tidak ada sepeser pun Lira yang ditinggalkan di rumah, melainkan sebuah pulpen dan uang berjumlah 75 Lira di kantong baju, saat beliau wafat. 

~ Sumber; Annas Muttaqin, Mahasiswa Fakultas Syariah Islamiyah Universitas Al-Azhar.

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow