PENDIDIKAN ANAK YATIM, TANGGUNG JAWAB BERSAMA UMAT ISLAM
Anak yatim merupakan amanah yang mendapat perhatian khusus dalam ajaran Islam. Pendidikan dan pembinaan akhlak mereka bukan sekadar urusan kemanusiaan, melainkan bentuk nyata dari kepedulian dan pelaksanaan nilai-nilai keislaman. Dalam kondisi sosial yang penuh tantangan, bagaimana Islam memandang pentingnya membina anak yatim secara menyeluruh, khususnya di bidang pendidikan? Apa saja tantangan yang mereka hadapi saat ini dalam mengakses pendidikan yang layak? Dan bagaimana seharusnya umat berperan melalui lembaga sosial maupun secara langsung?
Untuk menjawab sejumlah pertanyaan penting tersebut, Majalah PEDULI telah mewawancarai Dr. Muhammad Ardiansyah, M.Pd.I, Pengasuh Pondok Pesantren at-Taqwa Depok dan Dosen Program Doktoral Universitas Islam Internasional Darullughah wad Da'wah (UII DALWA). Berikut transkrip selengkapnya.
Bagaimana Islam memandang pentingnya memperhatikan anak yatim, khususnya dalam hal pendidikan dan pembinaan akhlak?
Dalam Islam, pendidikan sangat penting bagi semua Muslim, termasuk anak yatim. Yang utama dari pendidikan Islam adalah adab dan akhlak. Jika pendidikan hanya fokus pada pengetahuan tanpa akhlak, maka itu belum bisa disebut pendidikan.
Pendidikan juga tidak semestinya disempitkan hanya pada sekolah. Itu namanya sekolahisme. Pendidikan bisa terjadi di rumah, keluarga, pesantren, masjid, dan lingkungan masyarakat. Jadi, anak yatim tetap harus mendapat pendidikan yang baik, terutama dalam hal akhlak dan adab.
Menurut Ustadz, apa tantangan utama yang dihadapi anak-anak yatim saat ini dalam mengakses pendidikan yang layak?
Sebenarnya, jika pendidikan tidak dipersempit maknanya menjadi sekolah, tidak akan ada anak yang tidak berpendidikan. Tapi ketika pendidikan disamakan dengan sekolah, maka butuh biaya yang tidak sedikit. Akhirnya, sebagian anak Muslim, seperti yatim yang tidak mampu, jadi tidak bersekolah. Lalu dianggap tidak berpendidikan. Padahal yang penting itu bukan belajar di mana, tapi belajar apa dan belajar kepada siapa.
Anak yatim sangat butuh kasih sayang dari orang-orang terdekat seperti ibu dan keluarga. Kalau mereka memperhatikan, insyaAllah anak yatim akan tumbuh baik. Tapi jika mereka sibuk sendiri, maka anak yatim akan terabaikan.
Bagaimana peran strategis Lembaga Amil Zakat dalam membantu pendidikan dan kehidupan anak-anak yatim secara jangka panjang?
Ini sebenarnya PR bersama, bukan hanya Lembaga Amil Zakat. Dari sisi fiqih, yatim tidak otomatis masuk mustahiq zakat kecuali jika ia fakir atau miskin. Meski demikian, Lembaga Amil Zakat biasanya bukan hanya mengurus zakat, tapi juga ada sedekah lainnya yang secara pengelolaannya bisa lebih luas cakupannya.
Perlu ada alokasi khusus untuk pendidikan anak yatim, dengan kerja sama berbagai lembaga bukan hanya sekolah, tapi juga masjid, pesantren, majelis taklim, dan tempat pelatihan. Tujuannya agar mereka tumbuh menjadi manusia berakhlak, mandiri, dan bermanfaat. Bukan sekadar diberi ikan, tapi diberi alat pancing agar bisa memberi kepada orang lain juga.
Apa nasihat atau ajakan Ustadz kepada umat agar semakin peduli terhadap anak yatim, khususnya dalam hal mendukung mereka melalui zakat, infak, dan sedekah?
Pertama, ini juga nasihat untuk diri saya sendiri agar lebih peduli. Ini butuh kerja bersama (amal jama’i) supaya hasilnya lebih kuat. Kita harus sadar, harta itu amanah dari Allah ﷻ, bukan untuk dicintai tapi dimanfaatkan. Setiap harta yang dikeluarkan di jalan Allah ﷻ pasti akan kembali dalam bentuk keberkahan. Salurkanlah sebagian harta, baik langsung maupun lewat lembaga terpercaya.
Nabi Muhammad ﷺ sendiri yatim, dan beliau menjanjikan kedekatan di surga bagi yang memuliakan anak yatim. Jangan sia-siakan kabar gembira ini.
Kita juga butuh keteladanan dari para pejabat dan orang kaya agar lebih peduli. Jangan sampai banyak orang yang butuh dibantu tapi yang mampu tidak mau membantu. Harta yang tidak dimanfaatkan dengan baik akan menjadi kerugian di dunia dan akhirat.


