RAWAT LINGKUNGAN DENGAN MEMBERDAYAKAN PETANI

Okt 21, 2023 - 08:36
Okt 21, 2023 - 08:36
 0  81
RAWAT LINGKUNGAN DENGAN MEMBERDAYAKAN PETANI
RAWAT LINGKUNGAN DENGAN MEMBERDAYAKAN PETANI

Kerusakan lingkungan saat ini seolah menjadi hal yang menyeluruh, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Udara dan air yang tercemar seolah menjadi hal yang biasa ditemui, sekaligus menjadi problem yang sulit ditangani. Hal ini terjadi karena minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memelihara lingkungan agar tetap asri, bersih dan sehat.

 

Lalu bagaimana cara memulihkan lingkungan yang mulai rusak dan tercemar? Bagaimana pula membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya merawat lingkungan? Untuk menggali informasi tersebut, Majalah PEDULI telah mewawancarai H. Samsu Edy Suyono SE, MM, seorang Pengamat Lingkungan yang juga merupakan anggota HPNU asal Wonosari Pasuruan. 

 

Apa yang sepatutnya dilakukan untk memulihkan lingkungan yang mulai rusak?

Kerusakan lingkungan yang kita alami saat ini cukup beragam. Rusaknya lingkungan tersebut disebabkan eksploitasi sumber daya alam, tidak diimbangi dengan usaha reservasi yang memadai. Belum lagi minimnya minat masyarakat untuk bertani, atau sekedar mau menjaga lingkungan agar tetap hijau dan segar. Ini menambah buruk keadaan lingkungan sekitar kita kita dewasa ini. 

 

Oleh sebab itu pada dasarnya banyak hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki hal tersebut. Namun dari sekian banyak langkah, saya berpendapat bahwa memberdayakan petani adalah salah satu solusi yang paling tepat. Dengan semaraknya kegiatan pertanian terutama jenis tanaman keras, maka secara otomatis lingkungan kita akan hijau. Hal itu akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan juga meningkatnya taraf perekonomian masyarakat.

 

Apa program yang sedang Bapak jalankan untuk memberdayakan petani? 

Ada beberapa program yang saat ini menjadi konsentrasi saya bersama rekan-rekan di Wonosari. Di sini kita ada 209 hektar lahan, yang dikelola untuk pertanian hortikultura dan tanaman keras seperti kopi, sengon, mauni dan jabon. 

 

Untuk sektor produksi tanaman hortikultura, kita sedang berupaya membangun jaringan ekspor hasil pertanian dengan negara Taiwan dan Korea. Jadi nanti setiap 60 hari sekali kita panen sawi dan semacamnya, lalu diekspor ke dua negara itu. Kalau ini berjalan lancar dan sukses, kita bisa ajak petani-petani lain agar dapat berkembang juga dalam penjualan produk hasil taninya.

 

Apa yang menyebabkan masyarakat enggan untuk bertani?

Keengganan masyarakat untuk bertani saat ini saya anggap wajar, karena bertani itu membutuhkan ketekunan, waktu yang tidak sebentar, serta biaya yang cukup tinggi. Kalau saya bertani kopi, misalnya, setidaknya saya harus menunggu dua tahun untuk panen pertama. Jadi selama proses itu saya harus merawat tanaman, sekaligus mencari sumber pendapatan lain untuk bertahan hidup.

 

Belum lagi harga jual hasil panen yang sering kali membuat kecewa, karena murah dan tidak sesuai dengan modal dan tenaga yang telah dikeluarkan. Ini semakin membuat buruk stigma masyarakat terhadap dunia pertanian.

 

Lalu bagaimana cara agar masyarakat kembali semangat untuk bertani dan menjaga lingkungan?

Untuk masyarakat yang memiliki lahan, kita di komunitas petani dapat membantu dengan support bibit, pelatihan, serta jaringan pemasaran. Kita bisa ajak perusahaan-perusahaan lokal dan domestik, untuk turut membantu petani yang kesulitan terutama dalam pengadaan bibit. 

 

Adapun untuk masyarakat yang tidak memiliki lahan, mereka tetap bisa berkontribusi melestarikan lingkungan. Caranya yaitu dengan sebisa mungkin membiasakan diri menanam dan merawat pohon di sekitar lingkungan rumah. Jika satu rumah menanam satu pohon saja, maka dalam satu kampung bisa ada ratusan pohon yang akan membuat lingkungan menjadi asri dan sehat.

 

(Uji | Peduli) 

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow