KEDERMAWANAN SAYID ABDUL MUTHALIB, KAKEK RASULULLAH ﷺ

Sep 20, 2025 - 09:57
 0  15
KEDERMAWANAN SAYID ABDUL MUTHALIB, KAKEK RASULULLAH ﷺ

Nama aslinya adalah Syaibah bin Hāsyim bin Abdu Manaf yang berarti  yang berambut putih karena garis putih di antara rambut hitam legamnya, dan terkadang juga disebut Syaibah al-Ḥamd ("Pemilik garis putih yang terpuji"). Setelah kematian ayahnya, dia dibesarkan di Yatsrib bersama ibu dan keluarganya sampai sekitar usia delapan tahun, hingga kemudian pamannya yang bernama Muthalib bin Abdu Manaf memintanya untuk tinggal di Mekkah dalam perawatannya.

Saat pertama kali tiba di Mekkah, orang-orang menganggap anak tak dikenal itu adalah pelayan (budak) Muthalib, sehingga orang-orang memanggilnya Abdul Muthalib ("pelayan/budak Muthalib")

Di Makkah, Abdul Muthalib tinggal di rumah sang paman sampai dewasa. Kabar duka terdengar tatkala Al-Muthalib meninggal di Yaman. Sejak saat itu Abdul Muthalib menggantikan posisinya di Makkah dan memimpin kaumnya. Bahkan ia memiliki kedudukan lebih terhormat dibanding kakek-kakeknya terdahulu.

Shaibah atau Abdul Muthalib menggantikannya sebagai kepala klan Bani Hāshim, serta mengambil alih tugas menyediakan makanan dan air bagi para peziarah, dan meneruskan praktik nenek moyangnya bersama kaumnya. 

Karena kemuliaan dan kedermawanannya, dia mencapai keagungan yang tidak dimiliki oleh nenek moyangnya dan kaumnya sangat mencintai dan menghormatinya. Dengan Kedermawanannya itu, membuat ia dijuluki ‘al-Fayyad’ yang artinya orang sangat dermawan. 

Kebesaran nama Abdul Muthalib juga cukup dikenal dalam ‘Sirah Nabi’, bukan hanya karena kedermawanannya saja, tapi juga karena sebagai penemu Sumur Zamzam yang penuh perjuangan, dan berperan penting dalam peristiwa besar, “Tahun Gajah’. Upaya besar dalam melindungi Ka’bah dari kebrutalan pasukan Abrahah, penguasa Aksum dari Yaman.

~ Sumber: Ibn Sa'ad, al-Tabaqat al-Kabir, dll.

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Zainuddin Muslih, S.Pd verified-symbol "Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis." ― Abu Hamid Al-Ghazali