BAGAIMANA ORANG TUA MEMAHAMKAN PUASA SEJAK ANAK USIA DINI? 

Mar 4, 2025 - 11:34
 0  42
BAGAIMANA ORANG TUA MEMAHAMKAN PUASA SEJAK ANAK USIA DINI? 

Melatih dan mengkondisikan anak-anak usia dini untuk menjalankan ibadah shalat, puasa, dan lainnya merupakan kewajiban setiap orang tua terhadap anak-anak didiknya. 

Dalam syariat Islam, jika usia anak-anak sudah mencapai tujuh tahun, maka orang tua wajib memerintah agar melakukan kewajiban-kewajiban agama seperti shalat, atau kewajiban mukallaf lainnya. Demikian juga puasa di bulan Ramadhan. Dan jika sudah berusia sepuluh tahun, maka orang tua wajib memukul dengan pukulan yang mendidik, sehingga anak-anak mau melakukan kewajiban  tersebut. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak sudah terbiasa melakukannya saat menginjak usia baligh. 

Khususnya mengenai kesiapan puasa anak-anak usia dini, dibutuhkan latihan dan perhatian terhadap kondisi biologis dan psikologisnya. 

“Anak-anak dapat dikenalkan dan diajarkan dengan kegiatan berpuasa  semenjak usia dini secara bertahap. Tentunya kita mengajarkan puasa pada anak bertujuan agar ketika anak telah wajib berpuasa, sudah terbiasa melakukannya.” Ungkap Annisa Maimunah, M.Psi, Psikolog Rumah Sakit Nasional Diponegoro Universitas Diponegoro.

Menurut Dewi Retno Suminar, Dra., M.Si., Psikolog., pakar psikologi anak Universitas Airlangga (UNAIR) bahwa untuk anak di bawah usia 7 tahun cara mengajak anak berpuasa yang paling baik adalah dengan mengajak anak untuk bergabung saat melakukan sahur dan buka puasa—sambil memberikan penjelasan mengenai puasa, buka puasa, dan sahur, beserta hikmahnya. 

Banyak hikmah melatih puasa sejak usia dini, di antaranya:  1. Membentuk karakter ketakwaan sejak dini.  2. Membentuk mental dan emosi yang stabil, sehingga menumbuhkan rasa empati dan disiplin. Banyak hikmah yang diperoleh dengan berpuasa ini, lebih-lebih kalau dilatih sejak dini.

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Zainuddin Muslih, S.Pd verified-symbol "Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis." ― Abu Hamid Al-Ghazali