JAGA TRADISI SILATURAHMI AGAR TETAP SESUAI SYARIAT ISLAMI

Idul fitri selalu identik dengan tradisi silaturahmi, khususnya bagi umat islam di Indonesia. Setelah sebulan lamanya berpuasa, kaum muslimin disunahkan saling berkunjung dan bermaafan, dengan keluarga dan saudara sesamaa muslim. Lalu apa saja hikmah di balik tradisi silaturahmi? dan bagaimana pula cara bersilaturahmi yang baik agar bernialai ibadah dan berpahala?
Untuk mendapat jawaban akan hal-hal tersebut Majalah PEDULI telah mewawancarai KH. Makruf Khozin, seorang tokoh muda Nahdlatul Ulama yang juga merupakan pengasuh PP. Raudhatul Ulum Suramadu.
Apa hikmah yang bisa diambil, dari sunah silaturahmi di Hari Raya Idul Fitri?
Sebelum membahas hikmah, kita perlu melihat istinbat hukumnya terlebih dahulu. Al-hafidz imam ibnu hajar dalam kitabnya Fathul Bari, menjabarkan makna hadis yang mengatakan bahwa Nabi ﷺ saat bersilaturahmi terbiasa berangkat dan pulang melalui jalan yang berbeda. Ini menurut pemaparan beliau, memberi makna bahwa Nabi ﷺ melakukan hal tersebut agar dapat berjumpa dengan lebih banyak sahabat.
Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa Rasulullah ﷺ menganjurkan bersilaturahmi, dengan cara berkirim salam meski tidak berjumpa secara langsung. Jadi sunahnya silaturahim ini betul-betul dicontohkan oleh Nabi ﷺ, dan patut kita ikuti dalam melestarikan.
Kemudian apa hikmahnya? Kalau kita tinjau secara kultur di Negara kita, maka di antara hikmahnya itu adalah memperbaiki hubungan sosial di antara sesama. Saat Ramadahan kita fokus beribadah, mendekatkan diri kepada Allah ﷻ. Kita isi bulan Ramadhan dengan ibadah shalat, tilawah al-Qur’an dan lain sebagainya. Begitu tiba hari raya, kita gunakan momen Idul Fitri dengan silaturahim dan bermaaf-maafan. Tradisi ini dalam hemat saya sangat Indonesia sekali, dan belum tentu ada di tempat lain.
Mohon penjelasan lebih lanjut tentang hikmah silaturahmi Kiai?
terdapat beberapa hikmah lain dari sunah silaturahmi, yang telah masyhur diriwayatkan dari Nabi Muhammad ﷺ seperti memperlancar rizki, memanjangkan umur dan lain semacamnya. Namun dari sekian hikmah silaturahmi, hikmah terbesarnya tentu adalah saling bermaafan serta bebagi kasih di hari raya.
Apa yang patut diperhatikan dalam bersilaturahmi, agar bernilai ibadah dan berpahala?
Pertama-tama yang harus diperhatikan adalah niat. Kita harus meniatkan acara silaturahmi kita, ini semata dalam rangka beribadah mengikuti ajaran Rasulullah ﷺ. Kemudian lebih lanjut sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnu Hajar dalam kitab beliau, hendaknya orang yang bersilaturahmi memperhatikan waktu. Hindari waktu-waktu tertentu dalam bersilaturahmi, yang berpotensi membuat tuan rumah terganggu seperti saat waktu istirahat.
Selanjutnya yang juga perlu diperhatikan ialah etika dalam bertamu, semisal memberi kabar atau janjian sebelum bertamu. Ini perlu agar tuan rumah dapat mempersiapkan waktu dan tempat, sehingga dapat menyambut tamu dengan lebih nyaman.
Adakah kebiasaan kurang baik di masyarakat, yang semestinya dihindari dalam bersilaturahmi?
Kebiasaan yang kurang baik yang masih sering dijumpai, khususnya di masyarakat perkotaan yaitu bersalamaan dengan lawan jenis yang bukan mahrom. Banyak orang abai atau bahkan tidak tahu, bahwa bersalaman yang semacam ini dilarang oleh syariat Islam. Hal ini karena masyarakat di kota, terbiasa menyamakan posisi kerabat yang bukan mahrom dengan saudara. Di samping itu juga seolah sudah menjadi tradisi, berkunjung dan bersalaman dengan tetangga secara merata tanpa memperhatikan status mahrom.
Sebagai bentuk tindakan memutus kebiasaan ini, alangkah baiknya jika ada orang yang ingin bersalaman dengan kita padahal dia bukan mahrom, maka balas uluran tangan orang tersebut dengan memberi isyarat menepukkan kedua tangan. Biasanya dengan demikian orang sudah paham bahwa kita tidak berkenan untuk bersalaman, namun sekaligus menyatakan bahwa kita sudah menerima permohonan maafnya. Ini tampaknya cukup sopan, dan tidak sampai mengecewakan orang yang mengajak salaman.
Pesan Kiai untuk umat Muslim berkenaan dengan silaturahmi dan Idul Fitri?
Alhamdulillah kita lahir dan tinggal di sebuah negeri, yang telah lama memiliki tradisi silaturahmi. Orang tua dan guru-guru kita, telah lama mempraktekkan tradisi ini secara turun temurun. Mari kita lestarikan dan kita jaga, agar tradisi ini semakin baik dan membawa berkah di hari yang istimewa ini.
Berikutnya yang dapat saya sampaikan sebagai pesan, jangan sampai momen Idul Fitri membuat kita jadi pribadi yang berlebihan. Jangan sampai boros dan jor-joran dalam membuat suguhan hari raya, sehingga memaksakan diri untuk membeli sesuatu di luar kemampuan kita. InsyaAllah meski sederhana, suguhan apapun yang diberikan tetap bernilai pahala di sisi Allah ﷻ. Wallahu a’lam.






