TATA NIAT DAN PAHAMI ILMU SEBELUM MENYANTUNI ANAK YATIM

Jul 13, 2023 - 11:24
Jul 13, 2023 - 11:24
 0  128
TATA NIAT DAN PAHAMI ILMU SEBELUM MENYANTUNI ANAK YATIM
TATA NIAT DAN PAHAMI ILMU SEBELUM MENYANTUNI ANAK YATIM

Bulan Muharram agaknya tidak pernah lepas dari gegap gempita hari raya anak yatim. Di seluruh pelosok negeri baik di perkotaan maupun daerah, seolah sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Muslim untuk menggelar acara santunan akbar di bulan Muharram ini. 

 

Lalu bagaimana cara menyantuni anak yatim yang benar?, dan apa pula hal-hal yang patut dihindari agar tidak mengurangi pahala menyantuni anak yatim? Untuk mengetahui hal tersebut Majalah PEDULI telah mewawancarai Habib Ali bin Alwi Alhabsyi, seorang da’i muda asal Surakarta yang juga merupakan dewan asatidz di Pondok Pesantren Riyadlul Jannah Surakarta. Berikut transkrip wawancaranya.

 

Bagaimana cara menyantuni anak yatim yang paling utama ?

Cara menyantuni anak yatim yang paling utama, adalah dengan cara belajar terlebih dahulu tata cara menyantuni, karena beramal tanpa ilmu itu tertolak. Sebagaimana disebut di dalam Kitab Matan Zubad, “Dan setiap yang beramal tanpa ilmu, maka amalan-amalannya tertolak tidak diterima”. Dikatakan juga oleh Sayyidina Umar bin Abdul Aziz: “Barangsiapa yang beramal tanpa ilmu, maka kerusakannya akan lebih banyak daripada kebaikannya”.

 

Mohon penjelasan lebih lanjut mengenai cara menyantuni anak yatim, Habib?

Di antara tata cara menyantuni anak yatim agar pahala kita sempurna, yang pertama yaitu menanamkan niatan baik, sebagaimana yang dikatakan oleh Habib Ahmad bin Umar bin Smith: “Betapa banyak amal yang sedikit terdapat niat yang banyak begitu juga betapa banyak amal yang banyak akan tetapi niatnya sedikit”. 

 

Jika tidak mampu memperbanyak niat, maka gantungkanlah niat sebagaimana orang-orang mengerjakan kebaikan. Misalnya, saat menyantuni anak yatim kita niati beramal sebagaimana niatnya orang-orang saleh terdahulu. Seperti itu.

 

Yang kedua, ketika beramal tidak perlu ngundat-ngundat kebaikan yang kita kerjakan, sebagaimana firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima.”

 

Adakah kebiasaan yang umum dilakukan dalam menyantuni anak yatim, padahal hal tersebut kurang tepat dalam pandangan syariat?

Ada kebiasaan umum di masyarakat kita, ketika menggalang dana untuk santunan anak yatim itu spesifik bagi si yatim saja. Maka konsekuensinya, uang yang diperoleh dan disalurkan kepada si anak yatim menjadi khusus. Haram dimakan atau dipergunakan oleh orang lain, termasuk keluarga yang merawatnya. Ini perlu menjadi perhatian. Maka sebaiknya saat menggalang dana, diinformasikan bahwa hasil penggalangan dana akan diberikan kepada anak yatim beserta keluarga yang merawatnya. Ini lebih aman.

 

Pesan Habib bagi kaum muslimin berkenaan dengan momen 10 Muharram?

Pesan saya untuk saudara-saudara muslim sekalian, di momen hari raya anak yatim ini sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Jadikanlah shalatmu seolah-olah ibadah shalat yang terakhir.” 

 

Kita perlu merasa sedemikian, agar ibadah shalat kita jadi khusyuk. Karena kita akan merasa ini adalah kesempatan ibadah yang terakhir, sehingga harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Pun demikian ibadah yang lain termasuk menyantuni anak yatim.

 

Kita perlu berandai-andai, seolah ini adalah kesempatan terakhir kita menyantuni anak yatim. Sehingga dengan begitu tidak ada rasa eman, atau perasaan lain yang memberatkan kita dalam berinfak. Mari kita semarakkan hari raya anak yatim dengan beramal saleh dan berbagi kasih dengan mereka para yatama. Wallahu a’lam.

 

(Uji | Peduli) 

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow