Niat Terbaik Bagi yang Menikah atau Menjomblo

Jun 9, 2024 - 17:00
Jun 17, 2024 - 16:17
 0  20
Niat Terbaik Bagi yang Menikah atau Menjomblo

 

 فينبغي لمن أراد التزوج أن يتزوج بنية الا ستعانة على الدين والآخرة. ومن ترك فينبغي أن يترك بنية التحفظ على الدين وإيثار جانب السلامة والإحتياط، فيكون في تزوجه وتركه على نية صالحة يصلح التقرب بها الى الله.

“Hendaknya bagi orang-orang yang hendak menikah agar menanamkan niat untuk meraih pertolongan atas lestarinya agama dan keselamatananya di akhirat. Sedangkan bagi yang enggan menikah, maka hendaknya menanamkan niat menjaga atas lestarinya agama dan memilih jalan keselamatan dan keahati-hatian. Sehingga dalam menikah atau menjomblo, ia berada di atas niat yang baik yang bisa mengantarkan pada kedekatan dengan Allah Subhanahu wata’ala.”

 An-Nashâih ad-Dîniyyah wal-Washâyâ al-Imâniyyah karya al-Imam al-Arif Billah Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Haddad al-Hadrami asy-Syafii

 ***

Setelah menjelaskan dan menuntun niat bagi yang hendak menikah dengan banyak faedah dan maslahahnya, dan juga menuntut niat bagi yang enggan menikah guna memfokuskan diri dalam beribah kepada Allah, lalu al-Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad menjelaskan secara proporsianal keadaan di antara dua pilihan tersebut, sebuah kesimpulan dan tujuan yang sama, yaitu mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Adapun mereka yang bertujuan menikah atau menjomblo untuk tujuan-tujuan duniawi dan kesenangan syahwat, maka hal demikian bukanlah sikap yang dibenarkan serta bukan pilihan hidup orang-orang saleh sejak masa para ulama terdahulu. Pada kedua posisi tersebut, sama-sama ada contoh dari para ulama besar terdahulu.

Walaupun aktif dalam dunia ilmu, Imam al-Syafii rahimahullah juga menjalani hidupnya dengan menikah dengan muslimah mulia keturunan Utsman bin Affan radhiyallahu anhu, bernama Hamdah binti Nafi’ bin Anbasah bin Amr bin Utsman bin Affan.

Sebaliknya pada posisi yang kedua, yaitu menjomblo juga dicontohkan oleh beberapa ulama besar.  Imam Nawawi (w. 676), ulama besar mazhab Syafi'i yang menulis sebanyak kurang lebih 40 karya ilmiah, lebih memilih hidup membujang. Kejombloan Imam Nawawi ini bahkan dibukukan oleh Syeikh Abu Ghuddah  dalam risalahnya yang berjudul Al Ulama Al Uzzab Alladhina Atsarul Ilma A’la Zawaj.

Dengan posisinya yang menjomblo, Imam Nawawi bisa mencapai derajat Qutbul-ilmi. Al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Athas (penyususn Ratib al-Athas) pernah menganjurkan muridnya Syekh Ali Baros, supaya membaca kitab Minhaj karya Imam Nawawi, karena penulinya seorang wali Qutub dan yang membacanya mendapat jaminan futuh (terbuka pikiran dan hatinya).

Dalam Muqoddimah kitab Majmu'-nya, Imam Nawawi menuliskan,

"Saya menegaskan. Semua ucapan ulama di atas (yang menganjurkan membujang), sesuai prinsip kami. Bahwa, orang yang tidak membutuhkan menikah, sunah menjomblo. Begitupun bagi yang merasa butuh, tetapi belum punya biaya". (Al-Majmu’ Syarah al-Muhadzzab, juz 1, hal. 35)

Namun, Bukan berarti Imam Nawawi mengingkari anjuran menikah sebagai sunah rasul. Dalam karya-karya ilmiahnya, sebagaimana ulama pada umumnya, tetap menuliskan bab nikah sebagai anjuran dalam Islam. 

(Jeki / Peduli)

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow