LEMBAGA PENDIDIKAN HARUS SIAP MASUKI ERA DIGITAL


    317 kali

 

Perkembangan teknologi yang kian pesat mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat, termasuk dalam hal pendidikan. Kemudahan memperoleh informasi dan gaya hidup serba instan yang disuguhkan teknologi, seolah menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi hal ini memupuk potensi intelektual pelajar agar cepat berkembang, namun di sisi lain menggerus spiritualitas penggunanya.

 

Lalu seperti apa idealnya pendidikan di zaman seperti saat ini? Dan bagaimana pula lembaga pendidikan khususnya pesantren sebaiknya mengambil sikap? Untuk membahas hal tersebut, Majalah PEDULI telah berbincang dengan Abu Amar Bustomi, M.Si. Rektor ITSNU Pasuruan dan Dosen FDK UINSA Surabaya.

 

Seperti apa gambaran umum pendidikan yang ideal untuk diterapkan di era saat ini?

Pendidikan ideal merupakan pendidikan yang menyeimbangkan kecakapan intektual, skill, emosional, dan spiritual. Yakni pendidikan yang mengutamakan akhlak terlebih dahulu baru keilmuan. Suatu pendidikan yang dibangun melalui tahapan yatlû ‘alaihim ayâtih: pendidikan yang mengenalkan, mensosialisasikan, menyampaikan dan membumikan ayat-ayat Allah. Wa yuzakkîhim: membangun akhlak terlebih dahulu, baru kemudian wa yuallimuhumul kitâb:  mengajarkan sainteknya.

 

Bangunan pendidikan ini, bukan pendidikan yang hanya berfokus kepada peserta didik saja. Lebih dari itu melainkan contoh baik yang terlebih dahulu, dipupuk kepada siapa yang mendidik.

 

Apa yang dapat dilakukan masyarakat, sebagai langkah untuk membangun pendidikan yang baik?

Pendidikan tidak bisa lahir tanpa masyarakat. Pendidikan dilakukan untuk kemajuan, perubahan, dan stabilitas sosial masyarakat. Masyarakat dapat berperan sebagai sumber, pelaksana, penyelenggara, pengendalian mutu dan pengguna dalam meningkatkan kualitas hasil pendidikan. 

 

Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah, orangtua, dan masyarakat. Tanpa dukungan masyarakat, pendidikan tidak akan berhasil dengan maksimal. Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan dapat dilihat dari beberapa aspek, termasuk kesediaan masyarakat dalam melibatkan diri secara aktif untuk ikut mengawasi pelaksanaan kebijakan dan program-program pendidikan serta berperan serta dalam membiayai penyelenggaraan pendidikan.

 

Bagaimana sebaiknya pesantren sebagai lembaga pendidikan yang klasik, menyikapi perkembangan teknologi digital yang menjamur di masyarakat?

Menyikapi perkembangan teknologi dan era digital atau bahkan kita dapat katakan era VUCA yang ditandai dengan perubahan yang super cepat, penuh dengan ketidakpastian, dunia modern lebih kompleks dari sebelumnya, lingkungan semakin membingungkan, tidak jelas, dan sulit dipahami. 

 

Untuk menghadapi era ini, peran pesantren dalam menanamkan spiritualitas santri dalam bentuk penanaman akhlak tauhid tetap menjadi kata kunci, baru selanjutnya penguatan kemampuan hidup dan karir. Di sini, santri harus bersikap fleksibel dan mampu beradaptasi agar bisa menghadapi tuntutan hidup, baik secara formal maupun non formal. 

 

Kemampuan belajar dan inovasi minimal penguatan  tiga kompetensi, yaitu kreativitas, komunikasi, berpikir kritis, dan kolaborasi. Terakhir, kemampuan untuk mengerti segala informasi, teknologi, dan media, adalah hal krusial yang tak bisa dilupakan.

 

Pesan bapak bagi para pegiat pendidikan khususnya alumnus pesantren?

Empat hal semoga menjadi pengingat untuk Kang Santri dan para alumni; Santri dan alumni harus memiliki iman yang berkualitas karena telah mengetahui dan belajar ilmu tauhid, sehingga keyakinan harus lebih hebat dan tidak bisa ditukar dengan sesuatu apapun itu. Iman itu adalah harga mati. Ilmu yang telah dipelajari di pesantren harus diajarkan serta diamalkan.

 

Ilmu diamalkan bukan untuk tujuan berdebat dan cari lawan dan supaya dianggap pintar, hebat dan bermacam pujian oleh masyarakat. Namun menjadikan ilmu sebagai sarana untuk menjadi manusia yang anfa’uhum linnas. Menjadi uswah dan selanjutnya adalah memiliki hubungan yang baik terutama hubungan dengan Allah, begitupun hubungan baik dengan manusia, binatang bahkan tumbuhan sekalipun. Wallâhu a’lam.

 

(Uji | Peduli) 

Bagikan melalui: