GERAKAN MASYARAKAT TANGGAP BENCANA


    185 kali

Tahun baru 2023 ternyata tidak menyuguhkan berita yang gembira untuk kita semua, karena disamping ekonomi masih juga stagnan, ancaman penyakit menular juga belum sepenuhnya hilang, ternyata BMKG juga memprediksi bahwa cuaca ekstrem akan terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal ini tentu harus membuat kita tetap waspada dan mempersiapkan penanggulangan bencana sedini mungkin.

 

Di akhir tahun kemarin kita sudah disuguhi berita memilukan tentang bencana gempa bumi yang melanda daerah Cianjur serta gunung Merapi yang kembali erupsi dan memuntahkan abu vulkanik. Adapun bencana-bencana yang rawan terjadi pada tahun ini antara lain adalah banjir, tanah longsor, gagal panen, dan semacamnya, akibat derasnya curah hujan di musim penghujan ini.

 

Tentu saja kita berharap prediksi-prediksi buruk sedemikian tidak sampai terjadi, namun bagaimanapun kita harus senantiasa berikhtiar semaksimal mungkin, dengan selalu bersiap siaga menghadapi kemungkinan terburuk, sehingga jika misalnya bencana benar-benar terjadi, maka setidaknya kita bisa menyelamatkan diri dan menyelamatkan orang lain, sehingga akibat bencana bisa ditekan seminimal mungkin.

 

Adapun usaha melakukan antisipasi dan pencegahan terhadap terjadinya bencana, tentu harus dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat sipil pada umumnya dan pihak pemerintahan, mulai dari pemerintah desa, kecamatan, kabupaten, daerah, hingga pusat. Pemerintah berkewajiban menciptakan berbagai instrumen dan kebijakan yang mengarah pada penanggulangan bencana dan penanganan bencana, sedangkan masyarakat berkewajiban mematuhi kebijakan dan berbagai aturan pemerintah yang dibuat untuk mencegah terjadinya bencana tersebut.

 

Karena kita tidak menginginkan bencana terjadi setiap tahun sebagai sebuah tradisi, tentu kita sebagai masyarakat harus mulai membangun tradisi-tradisi baik yang berfungsi untuk menghindari terjadinya bencana tahunan. Hal itu bisa kita lakukan dari diri kita masing-masing, di lingkungan kita masing-masing, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan, yang berpotensi menyumbat saluran air.

 

Demikian pula, kita mesti rajin-rajin melakukan reboisasi, menanami lahan-lahan yang kosong dengan pohon-pohon yang berakar kuat dan rindang, sehingga bisa berfungsi menyerap curah hujan yang berlebih secara alami. Tentu akan sangat baik jika di sejumlah titik di kampung kita dibuatkan sumur resapan yang mampu menampung debit air berlebih.

 

Namun bagaimanapun juga, gerakan masyarakat sedemikian harus menjadi program yang direncanakan oleh pemerintah, mulai dari tingkat kabupaten dan daerah sampai pusat. Pemerintah harus membangun tempat pembuangan akhir (TPA) untuk menampung sampah-sampah rumah tangga, terutama di lingkungan perkotaan dan pedesaan yang padat penduduk.

 

Jika sinergi antara pemerintah dan masyarakat bisa dicapai, maka insya-Allah bencana musiman seperti banjir dan longsor tidak akan menjadi tradisi seperti masa-masa sebelumnya.

Bagikan melalui: